Tinggi badannya kurang lebih seratus delapan puluh sentimeter, badannya tegap, suaranya serak tapi lantang, kulitnya langsat, kepala kotak rambut beruban, mata lebar seperti mata orang arab akan tetapi hidung pesek layaknya orang indonesia pada umumnya. jalannya pincang, konon ceritanya beliau dimasa muda adalah pemain sepak bola dan menggunakan doping agar gagah perkasa, kini usianya sudah menua mungkin sekitar enam puluh dua. ia adalah bapak Sukamat Guru Sosiologi yang mengajar di Madrasah Aliyah Ma'arif Kencong.
Setiap pelajaran akan dimulai beliau selalu berapi-api memberikan wejangan, akan tetapi perkataan beliau hampir semua sesuai fakta saat ini, salah satu ucapa belia paling aku ingat adalah ketika beliau berkata bahwa untuk mencapai cita-cita, mereka harus mempunyai harta kalau tidak ada harta jangan berharap punya cita-cita tinggi, misalkan saja untuk kuliah kedokteran biaya kuliah mahal bukan main. ketika para siswa mendengar pastilah dibuat tak percaya karena kebanyakan siswa disini paling banyak dari masyarakat kelas bawah, anak petani dan buruh musiman.
Tentu saja wejangan seperti ini tidak bisa diterima, karena berbeda dengan wejangan guru lainnya "belajarlah yang rajin sampai tercapai cita-cita" setidaknya ucapan itu yang dikatakan para guru setiap hari, kata itu seperti mantra diucapkan sehari-hari, akan tetapi mantra itu seakan pudar ketika pak Sukamat berada ditengah mereka.
Sikaya dengan hartanya bisa pergi ke kampus yang diingini meskipun ujian masuk kampus gagal ternyata ada jalan ilegal. nilai bukanlah masalah karena tikus sangat rakus. sedangkan si pintar dan miskin hanya bisa mengandalkan jalur prestasi untuk mengikuti seleksi dari ribuan peserta hanya beberapa yang diterima, ketika diterima belum tentu juga mampu untuk biaya kehidupan sehari-hari.
kujalani hidup dengan kerja keras dan kedisiplinan mulai kuli bangunan sampai dengan serabutan, semua demi mimpi meraih kesuksesan. sekian lama bekerja tak kunjung juga menjadi kaya, cita-cita kuliah pupus karena biaya, disaat ini barulah aku sadar kata-kata sang guru, bahwa semua kehidupan membutuhkan biaya.
"Jangan pesimis kawan, jika jalur bumi sudah tidak mungkin cobalah jalur langit".
Comments
Post a Comment