Skip to main content

Logika Terbalik Orang Miskin Dan Orang Yang Bersedekah

 

Logika Terbalik Orang Miskin Dan Orang Yang Bersedekah


Logika terbalik orang miskin dan seseorang yang bersedekah

 

Bayangkan sejenak ketika kamu tidak punya apa-apa, atau bisa dibilang miskin. Pada suatu hari kamu bekerja dan mendapatkan upah sebesar sepuluh ribu rupiah, saat dalam perjalanan pulang kamu mendapati seorang pengemis dijalanan. Karena tidak tega kamu memberi uang lima ribu rupiah untuk membeli makan, dengan keadaan kamu yang sekarang mungkin kamu tidak keberatan membagi uang setengah dari hasil kerja atau 50:50 dari hasil memeras keringat sendiri.

 

Suatu hari karena kamu rajin maka diangkatlah menjadi staff kantor atau karyawan tetap dan mendapatkan upah seratus ribu perhari, pada saat pulang bekerja kamu mendapati pengemis yang sedang memita-minta dijalan, pertanyaanya apakah mungkin kamu berani memeberi uang dengan presentase 50:50 yaitu lima puluh ribu untuk pengemis dan lima puluh ribu untuk dirimu? tentu tidak. Jadi bukan dengan presentase ketika seseorang ingin memberikan sesuatu melainkan mereka melihat nominalnya.

 

Seseorang akan merealistiskan pikirinya, ketika dia mempunyai sedikit uang maka sedikit juga kebutuhanya. Jadi mereka tidak fikir panjang untuk membagikan uangnya separuh dari yang ia punya,Sedangkan orang yang mempunyai uang sedikit lebih banyak fikiran mereka mulai jauh melampaui uang yang ada ditangan mereka. Sehingga mereka akan merasa berat jika harus membagi uangnya sebesar 50% dari pendapatanya, dan ini sangat wajar.

 

Orang miskin mungkin memandang orang kaya kebanyakan pelit, tapi jika orang miskin berada pada posisi orang kaya, dia akan mengerti. Jadi selalu berfikirlah positive agar tidak dosa, sudah miskin banyak dosa, kan kasian. hehehe

 

Kok perasaan kaya nge-judge orang miskin?

 

Bukan begitu, setiap manusia pasti mempunyai logika yang berbeda, contohnya satu lagi dibawah ini.

,

Sekarang kita bahas orang yang suka memberi, kshususnya orang kaya, orang yang suka memberi biasanya mereka bangga atas apa yang mereka berikan, karena merasa bisa membantu untuk sesama,  okelah mereka tidak bangga mungkin ada yang tidak setuju, tapi setidaknya pasti dihati mereka mempunyai rasa senang bisa menolong, apa salah dengan pebuatan seperti ini? jawabanya tentu tidak, tapi coba kita balik logikanya.

 

coba kalian fikirkan sejenak, setiap orang memberi biasanya ingin mendapatkan balasan kebaikan dari tuhan, meskipun terkadang  ia tidak mendapatkan balasan langsung di dunia akan tetapi mereka yakin bahwa suatu saat akan diganti dengan yang lebih baik di surga.

 

sesuatu yang diberikan ke orang lain itu pada hakikatnya adalah barang dititipan, atau lebih spesifiknya yaitu kita menitipkan barang kepada seseorang, kemudian kita akan mengambil kembali titipan itu saat di akhirat, jadi yang seharusnya mengucapkan terimakasih itu siapa? Pemberi atu penerima? Mulai bingung kan??

kalian bisa memberi karena ada yang mau menerima. Coba kalau gak ada yang mau menerima pemberian dari kalian, itu berarti kalian gak akan mendapatkan apa-apa di akhirat nanti.

 

Logika kadang tebalik-balik tergantung apa dan bagaimana kita bersikap. Orang yang mengatakan “dasar tidak tau terimakasih, sudah diberi malah tidak menghormati” biasanya mereka itu adalan orang-orang yang memberi atas dasar pamrih atau mereka tidak tahu hakikat dari memberi itu apa?

 

Itulah logika terbalik yang terkadang kita perlu mengetahuinya, agar tidak sombong dan merendahkan orang lain. Conclusinya adalah Sikaya menghormati si miskin dan si miskin menghormati sikaya.

 

Semoga bermanfaat

See you in the nex article

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Nikah itu bukan melulu soal cinta bag.02

  Bagi yang belum membaca Nikah itu bukan melulusoal cinta bag.01 silahkan dibaca disini   Setelah istriku pergi membawa uang itu, akupun menjalani hidup layaknya orang pada umumnya, yang membedakan bahwa saat ini aku tidak bisa bekerja terlalu capek dan harus banyak istirahat untuk menjaga ginjalku agar tetap stabil.   Waktu terus berjalan, hari demi hari telah berlalu, bulanpun demikian, aku masih tinggal ditempat yang sama, Berita tentang mantan istriku sudah tidak terdengar lagi, terakhir kali aku mendengar bahwa ia dengan sahabatku telah menikah secara siri. akupun juga sudah tidak peduli lagi dan aku mulai menata hidup baru, meskipun sudah 2 tahun berlalu, aku masih belum menikah lagi.   Sekarang aku sudah tidak bekerja sebagai supir, karena kondisiku sudah tidak memungkinkan untuk bekerja berat, kegiatanku sehari-hari hanya berjualan minyak wangi dan pakaian muslim, Alhamdulillah meskipun untungnya tidak seberapa besar tapi cukup untuk memenuh...

Meraih Cita-cita, Butuh Duit..

Tinggi badannya kurang lebih seratus delapan puluh sentimeter, badannya tegap, suaranya serak tapi lantang, kulitnya langsat, kepala kotak rambut beruban, mata lebar seperti mata orang arab akan tetapi hidung pesek layaknya orang indonesia pada umumnya. jalannya pincang, konon ceritanya beliau dimasa muda adalah pemain sepak bola dan menggunakan doping agar gagah perkasa, kini usianya sudah menua mungkin sekitar enam puluh dua. ia adalah bapak Sukamat Guru Sosiologi yang mengajar di Madrasah Aliyah Ma'arif Kencong. Setiap pelajaran akan dimulai beliau selalu berapi-api memberikan wejangan, akan tetapi perkataan beliau hampir semua sesuai fakta saat ini, salah satu ucapa belia paling aku ingat adalah ketika beliau berkata bahwa untuk mencapai cita-cita, mereka harus mempunyai harta kalau tidak ada harta jangan berharap punya cita-cita tinggi, misalkan saja untuk kuliah kedokteran biaya kuliah mahal bukan main. ketika para siswa mendengar pastilah dibuat tak percaya karena kebanyakan...

Nasehat Sebatang Pohon Yang Telah lapuk

 sebatang pohon yang telah lapuk dari kejahuan tampak sebatang pohon yang telah lapuk termakan oleh usia, entah berapa lama batang pohon itu berdiri tegap disana, jikalau dilihat dari fisiknya batang pohon itu sudah berumur puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, tiada pokok batang pohon disamping kanan dan kirinya, dia hanya sendiri menunggu kehancuran. saat kudekati batang pohon itu tiba-tiba berbicara, "dahulu kala aku adalah sebuah pohon yang kuat, akarku menghujam sampai kedasar bumi dan dahan-dahanku menjulang tinggi sampai menembus langit, setiap hari, tidak kurang dari seratus burung hinggap diranting dan pokok diriku, entah itu untuk mencari makan atau hanya sekedar meneduh" Kenapa sekarang kamu seperti ini "tanyaku" batang kayu yang sudah lapuk itu mulai mengeluarkan air mata dan tersedu-sedu sambil meneruskan kisahnya, "aku tak pernah menyangka bahwa aku akan berakhir seperti ini, aku hanyalah sebuah batang pohon meskipun diriku kuat tapi aku  teta...