Tertiup angin dibawah sinar Mentari, embun pagi menyibak kabut, diatas rerumputan terdapat percikan air lanyaknya salju, bening, segar dan menyehatkan. saat itu dia duduk termenung diatas teras, menikmati secangkir teh hangat menyapa warga, dengan senyuman tipis dan menundukkan kepala. siapapun yang melihat terasa iri ingin sepertinya, tiada kesusahan dalam menahan beban dan tanggung jawab keluarga. kepulan asap membumbung tinggi ke angkasa, terlihat keluar dari tungku sang istri yang sedang memasak di dapur, anak kecil berlari-lari seakan tau kalau dia bukan pria dewasa, semua terlihat sempurna tapi tidak tahu apa yang ada dibaliknya. daun-daun berguguran tiada menyapa, memperdulikanpun tidak. tertanam disebalah kanan dan kiri rumah bahkan dihalaman warga. daun itu bernama "Murbai".
Siburuk rupa yang semua geli melihatnya, berjalan lenggak-lenggok layaknya miss universe diatas karpet merah, berkepala kecil berbadan bulat dan panjang, mempunyai banyak kaki tapi tak pandai berlari, setiap hari ia hidup untuk makan dan reinkarnasi, bulu-bulu tipis dibadannya membuat semua orang memecingkan mata, untuk mencapai tujuannya, ia harus bertapa dan moksa, bila tercapai ia akan dikagumi banyak manusia, terutama wanita. ia mempunyai sayap yang menawan, bermacam warna dan bentuk berbeda, apabila moksa itu gagal dia akan tetap terkurung dalam jeratan petapa, ia adalah ulat bulu yang menjelma.
Sehelai benang dirajut menjadi lembaran-lembaran kain indah, beberapa orang mengganggap kain ini dari surga, mereka tak tahu bahwa lembaran kain tercipta akibat ulat yang gagal moksa, mereka ditangkap dan di budidaya, memang benar kain-kain ini nantinya adalah pakaian penghuni surga, karena kain ini bernama "sutera".
Bapak Rajiman adalah petani Ulat Sutera yang dulu disepelekan warga kampungnya, karena dianggap pengangguran dan meresahkan, bahkan istrinya sendiri juga tak percaya ketika pertama kali dia ingin budidaya Ulat sutera, akan tetapi karena kegigihannya selama bertahun-tahun, kini dia bisa disebut sebagai profesor tanpa nama. orang yang dulu menghina kini berbalik mencinta. dan beginilah hidup seseorang, kadang berada dibawah kadang juga berada di atas kain sutera.
Comments
Post a Comment