Dikala senja menjelma kemerah-merahan, matahari mulai turun di ufuk barat, awan mulai kemuning tampak seperti lukisan sang maestro, kelelawar keluar dari sarangnya dengan gelombang suka cita, sang nelayan terlihat menarik perahunya ke daratan, sang petani pulang dari sawah dengan naik sepeda tuanya sambil menyapa segerombolan anak muda yang sedang bercengkrama di pinggir jalan, sang pelukis dengan posisi terbaiknya menyiapkan kuas dan tinta siap untuk melukis pemandangan luar biasa, sang penyair seakan tak mau kalah, dia mengambil gitarnya menciptakan sebuah lagu tentang suasana, diiringi deburan ombak, angin sepoi-sepoi seolah matahari akan tenggelam dilautan. beduk mulai ditabuh dan Adzan mulai dikumandangkan. anak-anak kecil berlarian sambil membawa peci dan kain sarung dikalungkan di leher untuk pergi ke surau belajar mengaji. saat-saat seperti ini ada seorang remaja datang kepadaku "wahai kanda, langit sedang menunjukan keindahan maksimalnya sekarang, hal terindah apa yang seharusnya kita lakukan?, menikmati secangkir kopi, atau hanya sekedar menyeruput teh hangat untuk menikmati suasana?" aku jawab "Magrib-an"
sebatang pohon yang telah lapuk dari kejahuan tampak sebatang pohon yang telah lapuk termakan oleh usia, entah berapa lama batang pohon itu berdiri tegap disana, jikalau dilihat dari fisiknya batang pohon itu sudah berumur puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, tiada pokok batang pohon disamping kanan dan kirinya, dia hanya sendiri menunggu kehancuran. saat kudekati batang pohon itu tiba-tiba berbicara, "dahulu kala aku adalah sebuah pohon yang kuat, akarku menghujam sampai kedasar bumi dan dahan-dahanku menjulang tinggi sampai menembus langit, setiap hari, tidak kurang dari seratus burung hinggap diranting dan pokok diriku, entah itu untuk mencari makan atau hanya sekedar meneduh" Kenapa sekarang kamu seperti ini "tanyaku" batang kayu yang sudah lapuk itu mulai mengeluarkan air mata dan tersedu-sedu sambil meneruskan kisahnya, "aku tak pernah menyangka bahwa aku akan berakhir seperti ini, aku hanyalah sebuah batang pohon meskipun diriku kuat tapi aku teta...

Komentar
Posting Komentar